Its Not About Us

"Jangan pernah menyulut api jika kamu tidak ingin terbakar" kalau tidak salah bunyinya seperti itu. Pepatah yang tak pernah kuindahkan tapi seharusnya penting. Ya kalian bisa tebak aku berada dalam keadaan apa? Belum?.
Aku terjebak dalam sebuah permainan yang kumainkan sendiri. Ya aku tau kok posisi kita seri. Bukankah dengan seri bagus? Karena kita memiliki perasaan yang sama? Justru itu masalah besar. Awalnya hanya sebuah permainan perasaan singkat. Tapi permainan ini malah memakan 4 manusia. Aku dan kamu. Dia dan dia.
Mana mungkin aku tega menyakiti perasaan temanku sendiri. Walau aku sempat merasakan betapa sakitnya saat bercerita tentangmu. Ngilu. Hey aku bukan psikopat, ingat itu. Salah satu jalannya hanya diam. Dan bisakah kamu tutup mulut? Dengan kau menggembar-gemborkan masalah ini, itu malah membuat keadaan semakin kacau.
Jujur saja aku miris. Temanmu, setiap hari aku harus melihat wajahnya tekuk. Ah apakah dia cemburu? Sepertinya begitu. Temanku, dia kecewa. Kamu tau karena apa? Kita. Kalau sudah lihat begini kamu masih mempertahankan egomu? Bodoh. Main saja kau sendiri. Gak peduli kita seri, kalah, menang yang jelas aku sudah tidak ingin menyakiti orang. Orang tuaku tidak mendidikku menjadi psikopat. Camkan.

Geesiga : Flashback



Gue ga jones. Gue ga jones. Memang 2 tahun nggak pacaran itu harus dibilang jones? Kan gue Cuma gamau berhubungan lagi sama cowo. Ya artinya gue lebih milih sendiri, kan enak free, freehatin. Eh nggadeng.
“Ciye si jones lagi melamun”
“DANIEEELLLL! Lo bisa ngga sih sehari ga gangguin hidup gue?” Ininih hal paling gue benci. Ketemu kecoa yang kerjaannya ngotorin hidup gue.
Dari tadi gue emang melamun sih, gue kadang mikir apa ga ada gitu ya yang suka sama gue? Ish apalah ini pikiran kotor yang coba menggodamu Tiara, sadarlah. 2 tahun ini memang gue anti banget deh sama namanya percintaan. Tapi beberapa ini rasanya jadi pengen banget pacaran. Gara-gara sih daniel sih suka bully gue. Gue laporin ke komnas HAM baru tau rasa deh.
***                                                         
Gadis berumur sekitar 15 tahun itu sedang asik membaca buku disudut perpustakaan. Jari-jemarinya membalik setiap lembar yang ia baca. Sesekali matanya melirik jam yang melingkar ditangannya. Sayu-sayu langkah kaki terdengar di ruang perpustakaan yang sepi itu. Derap langkahnya kian mengeras bersahutan dengan bunyi jam.
Wajah lelaki itu membungkuk kemudian menempatkan tubuhnya di samping gadis tersebut. Rautnya wajahnya terlihat gundah namun ia memberanikan diri untuk membuka pertanyaan.
“Kamu masih marah sama aku soal kemarin?”
“Menurut kamu?” Gadis dengan kuncir kuda ini tetap fokus dengan bukunya. Ada raut sedih diwajahnya.
“Aku bisa jelasin”
Tak dapat dipungkiri wajahnya mulai merah padam kemudian ia memberanikan diri untuk berkata walaupun nafasnya terengah.
“Kamu mau jelasin apa lagi? Kamu fikir aku bodoh dan mau percaya kalau kamu nggak selingkuh?” Nafasnya tertahan sejenak kemudian melanjutkan dengan nada yang parau. “Aku sudah dua kali melihat kamu mencium gadis itu? Apa itu yang dilakukan antar sesama teman?” Kini tangisnya pecah.
“Maaf Ra..” Ruangan kelas yang hening kini menjadi semakin melow. Ada beberapa pasang mata yang memperhatikan mereka.
Lelaki itu mendekap gadis yang dipanggil “Ra”. Dan ia membalasnya walaupun ia sadar ia begitu benci dengan lelaki ini.
Sebuah pesan singkat muncul di layar hp Tiara
Nanti malem aku jemput jam 7 ya? Aku mau ngajak kamu
ke suatu tempat sekalian mau ngmg sesuatu
Perasaan Tiara seketika berubah. Dia yang tadi siang dilanda kesedihan dan kekecewaan yang luar biasa kini nampak sedikit bahagia. Pipinya merona. Pikirannya mulai berkelana jauh. Aku yakin Ghaly tidak akan meninggalkanku hanya demi dia. Iya aku yakin. Lagian apa bagusnya dia sih? Gumamnya mantap.
Radeo Restaurant, jam 8 malam
“Emang mau ngomong apaansih? Kok kayaknya penting banget gini?” Tiara berusaha membuka percakapan. Kali ini ia tampak sangat anggun dengan dress merah polkadot di atas lutut. Menandakan kalau dia masih anak SMP. Tapi lucu dan imut. Mungkin ini yang membuat Ghaly betah memandangi Tiara 1,5 tahun terakhir ini.
“Aku...akuu..hmm..”
“Iya kamu..?
Ghaly menarik nafas dalam-dalam. Malaikat jahat menyuruhnya itu tidak mengatakan ini sedang malakit baiknya menyuruh Ghaly cepat-cepat mengatakannya. Keduanya saling beradu argumen. Ghaly semakin bingung, hatinya bimbang. Karena dia tahu, dia akan membuat Tiara menangis sejadi-jadinya”
“Hey jangan melamun?”
“Sebenernya aku emang selingkuh sama sheila” Tiara melongo, ia merengganggkan tangannya dari Ghaly tapi Ghaly berhasil meremas tangannya lebih dalam.”Dan aku rasa lebih baik kita sudahin hubungan ini. Aku nggak mau kamu tersakiti lebih lama.” Ghaly melepaskan genggamannya.
Setetes air keluar dari pelipis mata Tiara. Wajahnya menunduk. Nyeri dan Ngilu. Dengan wajah sok tegar setengah pucat ia berusaha menatap Ghaly yang saat ini sedang memperhatikannya.
“Kalau boleh aku bertanya sudah berapa lama kamu menjalin hubungan dengan dia?” Kini suaranya sangat parau
“5 bulan” Jawab Ghaly singkat
“Jadi hanya 13 bulan kau menjadi milikku seutuhnya” Tiara menundukkan kepalanya kembali. Kini tak ada yang bisa menahan air matanya untuk tumpah.
Sejak saat itu Tiara tidak pernah berkomunikasi dengan Ghaly. Baginya Ghaly hanya masalalu, lelaki yang pernah membuat warna dihidupnya termasuk warna hitam pekat yang masih membekas hingga kini. Apalagi sejak lulus SMP, mereka tidak pernah bertemu. Bahkan Tiara hampir lupa siapa itu Ghaly?
***
“Kalau melamun biasa aja jangan sambil melongo ntar dimasukin lalat loh haha” Ledek Daniel yang masih berada di depannya.
“Ish kau nih, cakap kau macam orang betul saja!” Jawab Tiara dengan logat batak namun terlihat sangat tidak cocok. Jadi geli mendengarnya.
“Haha abis kena apa Lo ngomong kayak gitu? Kena santet?”
“Ih mulut Lo gabisa dijaga gue timpuk pake buku baru tau rasa loh” Suara Tiara sangat keras hingga seisi perpus memusatkan padangan padanya. Tanpa ia sadari laki-laki parubaya dengan kumis tebal menerkam bukunya yang akan dilempar ke Daniel dari belakang.
“Ehem” Ini suara dentuman keras yang tidak asing terdengar di perpustakaan Geesiga 2. Coba tebak siapa dia?

Geesiga : Selamat Dari Pak Yoko



Suasana sejuk dan damai, ini yang bikin gue betah sekolah disini meskipun tiap hari gue harus menerima setumpuk tugas. Walaupun katanya Kurikulum 2013 ngga ada tugas tapi nyatanya tugas masih aja nangkring ditiap pelajaran. Oh ya kan sekarang waktu gue piket kelas jadi gue harus berangkat pagi-pagi. Ini peraturan dari pak ketua kelas, Yogi.
"Ciye rajin amat mbak pagi-pagi udah bersihin kelas" celetuk laki-laki yang asik bersandar di samping pintu. Wajahnya meledek dan itu yang bikin gue selalu kesel sama dia.
Penghapus papan melayang dengan indahnya di udara, berkelok-kelok dan menebarkan kapur bekas pembersih papan kemudian mendarat di wajah tampan yanggg menurut gue ngga tampan. PUKK! Sungguh atraksi yang memukau!
"Haha rasain lo! Emang enak? Makanya jangan banyak komen udah tau 3 hari ini gue lagi sensi" Tiara begitu puas setiap kali melakukan ini pada pria yang setiap hari bikin dia kesel. Dia sadar benci dan cinta jaraknya emang tipis kayak kulit ari tapi bukan tiara namanya kalau peduli gituan. Maklum sudah jomblo menahun sepertinya dia sudah lupa bagaimana menyukai lawan jenis?
Pelajaran sejarah. Ini pelajaran yang paling bikin gue ngantuk gimana nggak? gue harus dengerin seluruh ocehan Pak Yoko 2 jam penuh. Menurut gue orang ini nggak menerapkan Kurikulum 2013 deh. Kan di Kurikulum 2013 ini murid lebih aktif daripada guru. Eh yaudahlah ngapain juga gue ngurusin yang penting gue bisa nambah waktu tidur gue di hari Kamis ini. yeey
Berkali-kali Elsa menggoyang-goyangkan tubuh Tiara. Bahkan mencubitnya tapi dia tidak bangun juga. Ini orang mati apa tidur? "Ra bangun Pak Yoko mau nyamperin Lo!" Bisik Elsa tepat di telinga kiri Tiara. "Gila lo kebo banget sih! bangun woy bangun" Elsa sedikit melengkingkan suaranya pada kata terakhir tapi Tiara belum juga bangun. Sampai akhirnya...
BRAK!
Tiara terlonjak dan tanpa sadar "Eh gila lo". Upss kau berada dalam masalah besar Tiara.
"APA KAMU BILANG NONA MUTIARA? KAMU TIDAK MENGHARGAI SAYA?" Matanya tajam menyorot wajah gadis 17 tahun ini yang kelakuannya seperti anak kecil.
"Emang minta dihargain berapa Pak"
"JANGAN DIJAWAB INI BUKAN PERTANYAAN"
"Nih orang maunya apasih?" Suara Tiara lirih hampir tak terdengar. Maksudnya tak terdengar di ruang kelas tapi di depan Pak Yoko. Oh Tiara kau begitu tolol.
"LOH LOH KENAPA KAMU BILANG BEGITU? KAMU NGGAK SUKA SAYA?"
......... kelas begitu hening. Semua mata tertuju pada Tiara dan Pak Yoko. Pandangan mereka jelas mencerminkan rasa takut dan menahan napas yang dalam seolah mengatakan "Sudah pak sudah"
"JAWAB!INI PERTANYAAN!"
Akhirnya suara bel istirahat menyelamatkan gue dari Pak Yoko yang ganas ini. Tapi bukan sampai disitu, 10 menit lagi gue harus menghadap Pak Yoko di ruang guru. Ya lo pada tau kan apa yang akan dilakukan guru waktu sidang dengan para muridnya? yes hukuman, gue yakin bakal kena hukuman.
"Saya heran sama kamu, kamu kalau tidur jam berapa?" tanyanya sambil menempatkan badannya disinggasananya kemudian duduk dengan sikap sempurna. "Kenapa disetiap pelajaran saya selalu tidur?"sambungnya.
"Saya bosan Pak"
"Maksud kamu?" Wajahnya menyelidik
"Kalau saya boleh jujur saya kurang suka dengan cara pembelajaran Bapak, bisa dibilang kurang asik gitu deh Pak. Daripada saya memperhatikan tapi saya sama sekali tidak mengerti ya saya tidur saja Pak. Kan saya  tidak mengganggu Bapak menerangkan?"
"Oh Okeoke.. saya akan coba merubah gaya pembelajaran saya. Nah sekarang kamu tutup pintu dari luar"
"Hah?" Gue cuma bisa melongo setiap kali denger Pak Yoko berbicara. Orang ini memang penuh teka-teki.
"Keluar"
Hufftt. Tumben nih orang nggak ngasih hukuman apa sudah bosen ya ngehukum gue? Gara-gara sering ngehukum gue toilet sekolah jadi bersih kan pak. Mungkin hari ini Pak Yoko lagi dapat uang makanya berbaik hati sama gue si cewek imut hoho.
Gue nggak bisa bayangin kalau seluruh guru di Geesiga kayak Pak Yoko. Mungkin setiap ngomong ada teka-teki dan itu buat kita mikir. Wow! kita murid Geesiga pasti bakal jadi pemikir teka-teki yang handal. Eh nggadeeng haha justru itu beban buat gue dan sekumpulan anak-anak yang ogah mikir.

Ilustrasi : Pak Yoko, guru sejarah SMA Geesiga 2