Pentingkah Lingkungan Sekolah Sehat?



Kesehatan sangatlah penting. Tidak hanya pola makan, jasmani, dan rohani saja, tetapi juga lingkungan sekitar.
Menurut penelitian UNESCO pada tahun 2009 di beberapa sekolah di Negara Eropa, sudah digalakkan kesadaran akan pentingnya lingkungan sekolah yang sehat dan nyaman untuk proses belajar mengajar. Bahkan saat ini Indonesia telah menggalakkan kesadaran akan pentingnya sekolah sehat. Dimana kesehatan itu sendiri bukan hanya melakukan olahraga secara rutin atau menjaga pola makan saja, tetapi juga menanamkan kesehatan dilingkungan tempat tinggal siswa.
Sekolah sehat tidak harus selalu melalui pendidikan formal, namun lebih cenderung untuk menciptakan budaya sehat yang bisa dilakukan atau diaplikasikan oleh penduduk sekolah tersebut yang nantinya akan dapat berimbas pada lingkungan masyarakat.
Di kabupaten Sidoarjo sendiri sudah diadakan LLSS (Lomba Lingkungan Sekolah Sehat) yang pada tahun 2011dimenangkan oleh SMPN 4 Sidoarjo dengan menyisihkan 100 SMP swasta dan 44 SMP Negeri. Pada tahun 2012 ini rencananya SMPN 4 Sidoarjo akan mewakili Kabupaten Sidoarjo untuk mengikuti LLSS tingkat provinsi. Sekolah seluas kurang lebih 5 hektar ini juga telah mencanangkan sebagai sekolah “Green and Clean” dan berusaha untuk menciptakan lingkungan sekolah sehat, nyaman, dan konduktif.
Kriteria utama dari sekolah sehat yaitu : adanya program pendidikan dan pelayanan kesehatan, makanan sehat dan bergizi, pendidikan olahraga, pendidikan mental, serta program lingkungan sekolah sehat dan aman. Lingkungan sekolah yang sehat, nyaman, dan kondusif diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa.

Sumber          :


Mengapa Mereka Lebih Percaya Negara Lain?

 Pelajaran PKn di sekolahku kemarin membahas tentang ‘upaya bela negara’. Pasti dipikiran kalian sekarang seorang TNI yang mengangkat senjata. Tidak hanya itu. Banyak sekali cara-cara membela negara baik fisik maupun non fisik. Jika fisik semua yang berhubungan dengan mengangkat senjata sedangkan non fisik bisa pengabdian sesuai profesi, mengikuti upaca bendera dengan baik dan lain-lain.
Ketika pelajaran tersebut, guru saya menyuruh kami untuk presentasi. Yah kalian pasti tau kan kalau presentasi pasti ada tanya jawab? Hal yang masih menyangkut dipikiranku adalah temanku yang bertanya seperti ini “bagaimana tentang warga negara Indonesia yang ada diperbatasan yang lebih bergantung pada Malaysia?” sebenarnya aku masih terlalu bingung dengan pertanyaannya. Mungkin maksudnya kenapa warga Indonesia yang lebih memilih untuk bersekolah di Malaysia? Menurut saya ada beberapa faktor yang mengakibatkan itu terjadi. Diantaranya :

1.       Korupsi adalah salah satu faktornya. Korupsi menghabiskan uang negara (merugikan negara) yang mengakibatkan negara menjadi tidak sejahtera, penduduk semakin miskin bahkan untuk bersekolah saja susah. Apalagi diwilayah perbatasan, rakyat sudah miskin sekolah pun jaraknya sangat jauh. Bahkan guru ada yang mengajar satu bulan sekali.
2.       Jarak sekolah yang sangat jauh. Diwilayah perbatasan pendidikan tidak dipedulikan. Bayangkan saja,pernah saya mendengar berita ditelevisi bahwa sekolah yang aktif hanya di kabupaten saja. Yang di desa itu seperti sudah tak layak untuk dijadikan sebuah tempat belajar mengajar. Fasilitas yang kurang memadai dan guru yang hanya datang sebulan sekali. Jika ini terus terjadi bagaimana generasi muda bangsa ini? Sedangkan negara tetangga sudah memberi iming-iming fasilitas yang bagus dan pendidikan yang layak dan gratis.
3.       Kurangnya kepedulian pemerintah. Kita saja jika tidak dipedulikan saja marah apalagi mereka? Mereka membutuhkan pendidikan, fasilitas yang layak. Jangankan pendidikan, didaerah perbatasan saja listrik tidak ada. Gelap, hanya itu yang mereka rasakan setiap hari. Padahal negara tetangga sudah terang benderang. Pantas saja jika warga negara kita tergiur untuk menjadi warga negara tersebut dan rela melepas kewarganegaraan Indonesia.
4.       Nilai rupiah lebih rendah daripada ringgit. Masyarakat lebih cenderung suka berjualan di negara tetangga daripada negara sendiri, selain karena mayoritas penduduk sekitar berpenghasilan rendah / miskin ada faktor lain yaitu nilai rupiah lebih rendah daripada ringgit, otomatis nilai pendapatan akan lebih tinggi.

Dari faktor-faktor yang saya sebutkan tadi sebenarnya masih banyak sekali faktor lain yang belum bisa saya sampaikan sekarang. Kata guru saya, saat ini pemerintah berusaha untuk mengganti otonomi daerah yang tidak hanya dipusat saja tapi juga di daerah-daerah agar kesejahteraan masyarakat dapat terorganisir.

Wanita Pada Zaman Sekarang

               Pada zaman dahulu (sebelum datangnya islam) wanita sangat hina dan nista. Keberadaannya sangat tidak dihargai , dan hanya digunakan untuk barang dagangan saja. Setelah islam datang, islam memberikan aturan-aturan yang senatiasa memuaskan akal yang sesuai dengan fitrah manusia.
                Jika kita lihat pada zaman sekarang, sepertinya wanita kembali pada zaman dahulu. Berita-berita sekarang kelihatan semakin heboh dengan berbagai berita didunia ini, bahwa wanita hanya dijadikan layaknya barang dagangan saja. Di zaman serba modern ini budaya barat dengan gampangnya masuk ke Negara kita tanpa ada batasan. Bahkan setiap hari dan setiap saat kita disuguhi oleh tontonan dan bacaan yang berbau seksualitas yang ditemukan dengan bebas dalam iklan, film, majalah, sampai video klip. Padahal kita semua tahu bahwa yang melihat televisi bukan hanya orang dewasa saja. Anak-anak juga banyak yang melihat, kakek-kakek dan nenek-nenek ada juga yang melihatnya.Disebagian pabrik dan industri saja juga memasang gambar –gambar yang tak patut untuk diperlihatkan sebagai alat pemasaran barang-barang atau produk-produknya.
                Jika ini terus berlanjut, mau jadi apa Negara kita? Ini malah akan merusak generasi muda negeri ini. Mereka malah akan cenderung menyukai hal-hal tersebut daripada belajar dan berusaha untuk memajukan negeri ini.
                Oleh karena itu, norma etika agama merupakan benteng terakhir / paling berpengaruh untuk membendung arus budaya seksualitas media. Secara tidak sadar, kita semua sering terjebak oleh pendapat “modernisasi” sebagai intisari kemajuan. Padahal modernitas adalah perubahan secara halus dan pemutusan secara perlahan terhadap tradisi suatu bangsa. Jadi, sebenarnya sajian media yang disuguhkan itu bukan hanya berisi tentang informasi dan hiburan saja, tapi juga pengaburan budaya kita sebagai orang timur dan seorang muslim. Tapi itu juga bukan berarti kita harus menjauhi media, artinya kita juga butuh media, kita harus mengontrol nafsu kita agar tidak terjebak dalam suatu lubang keburukan.
               Saya disini bukan menggurui atau apa, saya hanya ingin menyampaikan kepada pembaca realitas hidup seorang wanita pada zaman sekarang. Jika mungkin di artikel saya ada kata-kata yang menyinggung pembaca saya mohon maaf sebesar-besarnya dan terima kasih.

sumber :
Hidayat Wahyu.2008.Menjaga kesucian wanita muslim.Sidoarjo:kelompok MASmedia Buana Pustaka